Di Zinder, kota pertama yang dilanda kerusuhan, korban tewas bertambah menjadi lima. Jadi, korban tewas keseluruhan sepuluh orang.
Kantor berita AFP melaporkan sekitar seratus polisi anti huru-hara berusaha membubarkan massa dengan menembakan gas air mata, tapi warga terus bergerak dan menyasar gereja-gereja Evangelis.
Polisi gagal melindungi gereja-gereja, karena banyaknya massa yang berunjuk rasa. Di depan Masjid Agung Niamey, polisi berusaha membubarkan seribu orang yang datang dengan membawa pentungan dan potongan besi.
Kedutaan Prancis di Niamey memperingatkan warganya untuk tidak keluar rumah, setelah perusuh menggeledah beberapa pusat bisnis asing.
Sebelumnya di Zinder, protes anti-Charlie Hebdo menelan korban tewas satu polisi dan tiga pengunjuk rasa. Sebanyak 45 lainnya terluka. Pusat Kebudayaan Prancis dibakar, dan toko-toko milik umat Kristen dihancurkan.
Niger relatif negara yang aman, dengan seluruh penganut agama hidup berdampingan. Namun mereka menjadi brutal ketika edisi khusus Charlie Hebdo, yang bergambar kartun Nabi Muhammad mengucapkan Je Suis Charlie, berusaha dipasarkan di negeri itu.
Charlie Hebdo adakan majalah satir Prancis yang menjadikan penistaan agama sebagai cara mengangkat tiras, dan mempertahankan kelansungan penerbitan. Sebelum penyerangan ke kantornya, tiras Charlie Hebdo hanya 31 ribu dan mulai meminta donasi dari pelanggan setia agar majalah tetap bertahan.
Kini, Charlie Hebdo menangguh jutaan euro dari penjualan lima juta eksemplar edisi khusus pasca serangan mematikan ke kantornya, Rabu (7/1).
Di belahan dunia lain, Charlie Hebdo menimbulkan radikalisme baru. Niger yang biasa damai, kini menjadi negara paling brutal memprotes penistanaan agama Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar