Sony Pictures Entertainment (SPE) diperkirakan akan mengalami kerugian yang besar akibat serangan peretasan oleh "Guardian of Peace" (GOP) beberapa waktu lalu.
Studio film Hollywood milik perusahaan elektronik Sony, seperti KompasTekno kutip dari Reuters, Selasa (10/12/2014), diprediksi harus mengeluarkan biaya hingga 100 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,2 triliun.
Biaya sebesar itu harus dikeluarkan oleh SPE untuk membayar kegiatan penyidikan kasus peretasan ini, perbaikan atau pergantian komputer, dan pencegahan dari serangan cyber yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Hilangnya produktivitas selama serangan cyber dari GOP juga akan diperhitungkan.
Prediksi besaran biaya kerugian tersebut dikeluarkan oleh seorang ahli keamanan yang tidak disebutkan namanya. Ahli ini dikatakan pernah mempelajari serangan cyber ke produk Sony lainnya, Playstation Network, di tahun 2011 lalu.
Kala itu, Sony dikatakan harus mengeluarkan uang sebesar 171 juta dollar AS akibat serangan ke jaringan Playstation tersebut. Nilai kerugian SPE sendiri diprediksi tidak akan setinggi itu karena tidak melibatkan data konsumen Sony.
Senada dengan ahli keamanan siber tersebut, Jim Lewis, ahli riset senior di Center for Strategic and International Studier, memprediksi bahwa beban kerugian Sony dapat membengkak hingga 100 juta dollar AS. Ia juga mengungkapkan, butuh waktu sekitar enam bulan setelah serangan untuk mengetahui total kerugian.
Hingga saat ini, Sony masih belum secara resmi mengungkapkan besarnya kerugian akibat serangan cyber tersebut.
Sebelumnya diberitakan bahwa server milik Sony diretas oleh sebuah kelompok bernama GOP. Serangan GOP konon menumbangkan sistem komputer Sony Pictures di seluruh dunia selama beberapa hari.
Pelaku mengaku mendapat bantuan "orang dalam" dalam melakukan aksinya, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai bagaimana proses serangan dilakukan.
Kelompok tersebut diketahui berhasil mengambil beberapa dokumen penting perusahaan, seperti paspor para artis, kumpulan e-mail, laporan keuangan, film-film, dan kumpulan password server.
Jati diri dan asal-muasal dari GOP hingga kini masih belum jelas. Sebelumnya diduga bahwa grup itu merupakan kaki tangan pemerintah Korea Utara, namun negeri dengan sistem pemerintahan komunis itu membantah terlibat dalam serangan terhadap Sony Pictures.
Studio film Hollywood milik perusahaan elektronik Sony, seperti KompasTekno kutip dari Reuters, Selasa (10/12/2014), diprediksi harus mengeluarkan biaya hingga 100 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,2 triliun.
Biaya sebesar itu harus dikeluarkan oleh SPE untuk membayar kegiatan penyidikan kasus peretasan ini, perbaikan atau pergantian komputer, dan pencegahan dari serangan cyber yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Hilangnya produktivitas selama serangan cyber dari GOP juga akan diperhitungkan.
Prediksi besaran biaya kerugian tersebut dikeluarkan oleh seorang ahli keamanan yang tidak disebutkan namanya. Ahli ini dikatakan pernah mempelajari serangan cyber ke produk Sony lainnya, Playstation Network, di tahun 2011 lalu.
Kala itu, Sony dikatakan harus mengeluarkan uang sebesar 171 juta dollar AS akibat serangan ke jaringan Playstation tersebut. Nilai kerugian SPE sendiri diprediksi tidak akan setinggi itu karena tidak melibatkan data konsumen Sony.
Senada dengan ahli keamanan siber tersebut, Jim Lewis, ahli riset senior di Center for Strategic and International Studier, memprediksi bahwa beban kerugian Sony dapat membengkak hingga 100 juta dollar AS. Ia juga mengungkapkan, butuh waktu sekitar enam bulan setelah serangan untuk mengetahui total kerugian.
Hingga saat ini, Sony masih belum secara resmi mengungkapkan besarnya kerugian akibat serangan cyber tersebut.
Sebelumnya diberitakan bahwa server milik Sony diretas oleh sebuah kelompok bernama GOP. Serangan GOP konon menumbangkan sistem komputer Sony Pictures di seluruh dunia selama beberapa hari.
Pelaku mengaku mendapat bantuan "orang dalam" dalam melakukan aksinya, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai bagaimana proses serangan dilakukan.
Kelompok tersebut diketahui berhasil mengambil beberapa dokumen penting perusahaan, seperti paspor para artis, kumpulan e-mail, laporan keuangan, film-film, dan kumpulan password server.
Jati diri dan asal-muasal dari GOP hingga kini masih belum jelas. Sebelumnya diduga bahwa grup itu merupakan kaki tangan pemerintah Korea Utara, namun negeri dengan sistem pemerintahan komunis itu membantah terlibat dalam serangan terhadap Sony Pictures.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar