Kamis, 31 Maret 2011

1.500 Hektar Lahan Tergenang

Dua pintu dari 11 pintu bendung pembagi banjir Wilalung, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, rusak. Kerusakan itu menyebabkan 1.500 hektar lahan pertanian di Kecamatan Undaan dan Jekulo tergenang.

Pengelola Bendung Wilalung Balai Sumber Daya Air Jawa Tengah, Noor Kholish, Kamis (31/3), di Kudus, mengatakan, kerusakan terjadi pada pintu delapan dan sembilan. Pintu delapan kondisi miring di bagian bawah, sehingga air bendung berkapasitas 50 liter per detik keluar dari celah kemiringan pintu.

Sawah jadi kebanjiran, sehingga pengelola bendung dan kelompok petani pemakai air menyumbat celah itu dengan batang pohon kelapa. ”Kami khawatir kalau volume bendung naik, sumbatan darurat jebol. Padahal Desember 2010 pintu delapan baru saja diperbaiki,” kata Noor.

Adapun pintu sembilan terjadi kebocoran pada sejumlah titik di bagian bendung pelapis pintu. Kumpulan air bocor itu merembes melalui bagian bawah pintu utama yang sudah berlubang.

”Kami telah meminta kontraktor untuk membenahi kemiringan. Untuk pintu sembilan baru diusulkan perbaikannya,” kata Noor.

Percepat tanam

Sementara itu, petani di Sulawesi Selatan diimbau mempercepat penanaman padi pada lahan sawah tadah hujan dan irigasi nonteknis. Langkah itu untuk menghindari risiko kekeringan pada beberapa bulan lagi.

Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sulsel, Lutfi Halide, mengatakan, berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kemarau panjang akan melanda sejumlah kabupaten di Sulsel pada Juli 2011, antara lain Gowa, Takalar, Maros, dan Jeneponto. Di daerah ini terdapat sekitar 20.000 hektar lahan tadah hujan dan irigasi nonteknis.

Menurut Lutfi, sekitar 30 persen dari 53.643 hektar areal tanaman padi musim rendeng telah memasuki masa panen. Petani diharapkan langsung mengolah lahan, menebar benih, dan menanami padi untuk mengejar ketersediaan air.

”Saya berharap pada awal April petani mulai tanam agar dua bulan nanti sudah masuk pematangan,” ungkap Lutfi. Langkah ini dianggap efektif menghindari kemungkinan gagal panen akibat kemarau berkepanjangan.

Bahkan, di wilayah Tegal, Jawa Tengah, petani mulai menanam palawija dan tanaman sayur, seperti caisim dan bayam, yang tak banyak membutuhkan air. Hal itu untuk mengantisipasi kondisi cuaca yang tidak menentu.

M Rali (45), petani di Desa Kepandean, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, mengatakan, memilih menanam caisim, karena tanaman tersebut tidak banyak membutuhkan air. Jangka waktu tanam hingga panen hanya sekitar 20 hingga 25 hari. ”Penyiraman air yang rutin hanya sekitar seminggu pertama. Setelah itu, tanaman cukup disiram tiga atau empat hari sekali,” katanya.

Di Banyuwangi, Jawa Timur, selama tiga bulan terakhir bertambah lahan penanaman cabai sekitar 20 persen. Para petani itu mengharapkan keuntungan dari tingginya harga palawija pada awal 2011.

Sumber: Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar