Jumat, 23 Juli 2010

Serangan Wereng Cokelat Meresahkan


Boyolali, Kompas - Menteri Pertanian Suswono memastikan produksi beras sampai akhir tahun 2010 akan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Meski demikian, pihaknya terus memantau perkembangan serangan hama wereng cokelat yang kian meresahkan, yang dapat mengganggu produksi beras.

Hal itu diungkapkan Suswono, Rabu (21/7) malam, seusai berdialog dengan peternak dalam rangka ”Pameran Lomba dan Kontes Ternak Nasional 2010” di Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.Menurut Mentan, produksi beras 2010 mengalami peningkatan 1,27 persen dibandingkan tahun 2009. Melihat perkembangan produksi beras seperti dalam perkiraan Badan Pusat Statistik, pihaknya yakin pasokan beras tahun 2010 aman.

Ditanya soal serangan hama wereng cokelat yang kian meresahkan petani, Suswono menyatakan terus memantau perkembangan pemberantasan. Kalau memang pemberantasan hama wereng batang cokelat bisa lebih cepat, tidak perlu ada instruksi presiden terkait pemberantasan.

”Kalau gejala makin tak terkendali, inpres pemberantasan hama wereng menjadi sangat penting. Dengan adanya inpres, penyebaran wereng masuk kondisi darurat. Dengan begitu, ada kebijakan dari atas langsung, seperti soal anggaran penanggulangan,” katanya.

Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan Winarno Tohir meminta pemerintah membantu petani menanggulangi hama wereng bila pangan memang masih dianggap penting.

”Untuk mengatasi wereng cokelat, petani perlu dibantu pestisida sehingga bisa diadakan pemberantasan secara serempak di semua provinsi yang terserang. Jangan biarkan petani nelayan sendirian menghadapi perubahan iklim yang ekstrem,” katanya.

Jangan biarkan petani nelayan menjadi korban perubahan iklim. Dengan sumber daya manusia yang rendah, petani sulit menghadapi hal yang tak biasa ditemui di lapangan dan beri informasi yang jelas soal kondisi iklim yang dihadapi petani nelayan.

”Dampingi petani nelayan agar tak bertambah miskin, berikan bimbingan teknologi yang cocok dalam menghadapi situasi yang sedang dihadapi, sehingga gagal panen berbagai komoditas bisa dieliminasi,” katanya.

Buat tim khusus menghadapi perubahan iklim untuk mencari solusi, para ahli waktunya bekerja keras memikirkan petani nelayan yang sedang dilanda kesulitan. Sudah saatnya anggaran untuk pertanian diprioritaskan dan ditingkatkan, sekarang masih di bawah 10 persen.

Jangan sepelekan

Puluhan ribu petani padi sudah terkena dampak serangan hama wereng batang cokelat. Produksi padi mereka turun atau bahkan kehilangan produksi sama sekali karena rusak diserang wereng cokelat.

Meski demikian, belum ada keseriusan dari pemerintah untuk memberantas hama wereng cokelat.

Menurut Sekretaris Jenderal Dewan Beras Nasional Maxdeyul Sola, yang dipersoalkan pemerintah sekarang hanya data tanaman padi yang puso atau gagal panen. Padahal, banyak tanaman padi lain yang terserang wereng cokelat sehingga produktivitas padi turun hingga 70 persen.

Sola tidak melihat adanya upaya serius dari Kementerian Pertanian untuk memberantas hama wereng cokelat. Ketidakseriusan ini tampak dari sepinya gerakan yang bersifat nasional dan serentak dalam memerangi wereng cokelat.

”Serangan wereng cokelat sudah masuk kondisi genting, harus ada gerakan nasional tidak harus saling menunggu,” katanya. Sola membandingkan tindakan pemerintah pada saat wabah wereng cokelat tahun 1980 dengan saat ini. Saat itu Sola menjabat Kepala Seksi Perencanaan Anggaran Proyek Departemen Pertanian.

Sola menyatakan, ketika terjadi wabah wereng cokelat tahun 1986, ada 56 pestisida yang dilarang penggunaannya. Pemerintah juga melakukan penggantian varietas padi secara serentak dengan varietas IR-64.

Anggaran dikerahkan sepenuhnya, bahkan tidak harus menunggu. Pemberantasan wereng cokelat menjadi prioritas penanganan di semua lini karena mengancam ketahanan pangan dan merugikan petani.

”Bahkan, dulu pemerintah mengeluarkan inpres. Untuk mempercepat kerja birokrasi, diberlakukan ”stempel merah wereng cokelat”. Dokumen, surat, map, atau apa pun yang disetempel merah mendapatkan prioritas penanganan baik terkait anggaran atau yang lainnya. Pejabat negara yang sedang olahraga atau rapat sekalipun wajib memprioritaskan stempel merah. Bisa dilihat betapa seriusnya penanganan waktu itu,” katanya.

Bandingkan dengan langkah pemerintah saat ini. Mau melakukan pemusnahan harus menunggu anggaran. Akibatnya, langkah penanggulangan wereng cokelat menjadi terlambat. Puluhan ribu petani merugi, baik secara total maupun sebagian.

Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso menyatakan, penjualan beras operasi pasar (OP) masih rendah. Namun, beras OP tetap tak akan dijual kepada pedagang, tetapi kepada konsumen langsung dengan maksimal pembelian 45 kilogram dengan harga Rp 5.850 per kg.

Sutarto menyatakan, ada fenomena menarik di pasar di mana selisih harga jual beras di tingkat grosir dan ritel tinggi. Bila sebelumnya hanya selisih Rp 200-Rp 300 per kg di Jakarta, sekarang bisa Rp 500 per kg. Aliran beras ke luar Jawa juga tinggi.

”Kami mengalokasikan beras untuk OP tidak terbatas. Saat ini yang melakukan OP baru Jakarta dan sebagian Jawa Timur,” katanya. (mas)

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar