BANTUL, KOMPAS - Bermitra dengan perusahaan sirop di Yogyakarta, warga Dusun Serut, Palbapang, Bantul, mencanangkan penanaman 1.000 pohon markisa. Setiap keluarga memperoleh dua bibit tanaman yang berasal dari perusahaan sirop tersebut.
Perusahaan sirop itu sebelumnya juga bekerja sama dengan petani di Sleman. "Selama ini tidak ada masalah sehingga kami pun mengikutinya," kata Kepala Dusun Serut Tubadiana, saat pencanangan penanaman 1.000 pohon markisa, Kamis (22/4).
Kerja sama warga-perusahaan berawal dari pertemuan Tubadiana dengan pihak perusahaan, Ventures. Pada pertemuan itu, pihak perusahaan mengaku membutuhkan mitra untuk menyediakan bahan baku.
Bibit-bibit yang diberikan akan ditanam di lahan sekitar rumah yang selama ini dibiarkan kosong tanpa tanaman. Karakteristik markisa yang tumbuh merambat juga menguntungkan karena membuat situasi rumah menjadi teduh.
"Sebagian besar warga kami menjadi petani. Jika panen raya seperti ini, harga gabah selalu anjlok. Tanpa usaha sampingan, nasib mereka bisa terombang ambing karena hasil panen tak cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari," katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul Edy Suharyanto yakin, model kerja sama warga Serut dan perusahaan sirop tidak menimbulkan risiko. Dari sisi karakteristik daerah, Serut cocok untuk markisa karena termasuk dataran rendah.
"Pihak perusahaan menjamin akan membeli markisa sehingga petani tidak kesulitan menjualnya," katanya. Soal jaminan pembelian menjadi salah satu pertimbangan penting warga.
Buah markisa, sejauh ini, tergolong jenis buah yang tidak mudah dijual dalam bentuk segar. Penyebabnya rasanya yang masam. Buah-buah tersebut harus diolah terlebih dahulu agar lebih enak dikonsumsi.
Umumnya, buah markisa dipanen setelah delapan bulan ditanam. Satu pohon mampu menghasilkan sekitar 20 kilogram buah markisa sekali panen. Harga jualnya Rp 15.000-Rp 17.000 per kilogram.
Setelah usia delapan bulan, markisa bisa berbuah lagi selama empat periode dalam setahun. Bila satu periode hasilnya sekitar 20 kilogram, tambahan penghasilan warga diperkirakan berkisar Rp 300.000 setiap panen.
Hanya di Serut
Untuk menjamin kestabilan harga, Pemerintah Kabupaten Bantul membatasi penanaman markisa massal hanya di Dusun Serut. Di Yogyakarta, tanaman markisa sudah ditanam warga. Namun, penanaman lebih bersifat fungsional menjadi tanaman peneduh.
"Kebanyakan hanya mengambil manfaat teduhnya saja. Biasanya ditanam di atas garasi mobil menjadi pengganti kanopi. Mereka tidak serius menanam karena markisa tidak bisa dikonsumsi sebelum diolah. Paling-paling untuk campuran es buah saja," ujar Edy. (ENY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar